AESI Hitung PLTS Plus Baterai Lebih Murah daripada PLTU di dalam 10 Tahun

AESI Hitung PLTS Plus Baterai Lebih Murah daripada PLTU di dalam 10 Tahun AESI Hitung PLTS Plus Baterai Lebih Murah daripada PLTU di dalam 10 Tahun

Asosiasi Energi Surya Indonesia (AESI) menyebut harga listrik atas pembangkit listrik tenaga surya (PLTS) ala 2030 mau semakin kompetitif jika dibandingkan beserta biaya operasi pembangkit listrik tenaga uap (PLTU) batu bara milik PLN.

Ketua Umum Asosiasi Energi Surya Indonesia (AESI), Fabby Tumiwa mengatakan harga listrik PLTS lewat baterai sewaktu lebih murah dibandingkan biaya operasi pembangkit PLTU bahkan lewat asumsi harga batu bara dengan kisaran US$ 50 per ton.

Semaka, dia mendorong agar PLN dapat memperburu-buru jalan transisi energi. Mengingat rencana pensiun dini PLTU sehebat 5,5 gigawatt saja tak cukup maka 2030.

ESDM-UNDP Kucurkan Insentif bagi Tekan Biaya Pemasangan PLTS Atap

Mitsubishi Tuding PLN Persulit Pelanggan Industri Pasang PLTS Atap

Kapasitas PLTS Atap Tahun ini Ditargetkan 450 Mwp, Industri Tergede

"Tapi 12 GW yang layak dipensiunkan dini. Menurut saya pengembangan EBT layak diprioritaskan kalau PLN kesulitan investasi, diberikan ketahuan inKotaktri dan masyarakat mekalakiani PLTS, sesangkat gak jadi beban PLN sendiri," kata Fabby terdalam Media Briefing Asosiasi Energi Surya Indonesia, Selasa (15/2).

Selain itu, demi harga batu bara adapun saat ini telah tembus dalam atas US$ 200 per ton, tanpa mekanisme harga DMO adapun dipatok US$ 70 per ton. Maka harga listrik dari PLTU sudah pasti mencapai US$ 15 sen per kilowatt hour (kWh) atau sekitar Rp 2.200 per kWh.

"Perperbahasanannya sampai berapa lama pemerintah bisa tahan? Sekarang kewajiban DMO perlu antara tengah Covid dan lainnya. Apakah bisa terus menerus?" kaperbahasan.

Fabby menilai kebijakan DMO memberikan sinyal seakan-akan energi fosil ronggang lebih murah dibandingkan energi terhangatkan. Padahal sebaliknya, jika dimadoyann ke ongkos pembangkitan buat berimplikasi antara kenaikan biaya penyediaan listrik.

"Kita ingat bahwa listrik dari PLTS ronggang lebih murah. Untuk skala inKotaktri biaya produksi listriknya dari hasil data nan kita himpun bisa 20% lebih keji," ujarnya.

Adapun secara data Direktorat Jenderal Energi Baru Teranyarkan beserta Konservasi Energi (EBTKE) Kementerian ESDM, kapasitas terpasang pembangkit listrik EBT cukup 2021 mencapai 11.157 megawatt (MW) atau 11,15 GW.

Ada tambahan kapasitas pembangkit EBT seadi 654,76 MW atas 2021 dibandingkan tahun sebelumnya. Namun melalui jumlah tersebut, kontribusi PLTS hanya mencapai 30,81 MW. Simak databoks berikut: