Timothee Pembele: Wonderkid Pemimpin Generasi Baru PSG

Menilik betapa porahnya Paris Saint-Germain dalam berbelanja pemain, mudah bagi melupakan dalil bahwa juara Ligue 1 Prancis itu memiliki melenceng satu akademi terbaik akan Eropa.
Namun, jika melihat komlingkungan tim utama PSG, sangat jelas terdapat sebuah maluput ketika mereka mencoba mengintegrasikan pemain muda ke tim senior yang bertabur bintang.
Mantan jebolan akademi PSG seperti Kingsley Coman, Moussa Dembele, lagi Christopher Nkunku mampu bermain dempet semi-final Liga Champions musim dahulu, tapi mereka semua memakai pakaian seragam klub lain. Yang lebih ironis, Coman mencetak gol kemenangan Bayern Munich ke gawang PSG dempet final.
Bahkan, akan musim panas kemarin, PSG kembali mendapat pukulan melalui pemain akademinya ketika duo remaja binaan mereka, Tanguy Nianzou lagi Adil Aouchiche menolak gurauran kontrak kontemporer lagi memilih hengkang, masing-masing ke Bayern Munich lagi Saint-Etienne, secara gratis.
Apa yang mereka lakukan bisa dimaklumi lantaran mendapatkan menit bermain dempet klub lain terlihat lebih diterima akal. Namun belakangan ini, situasi dempet Parc des Princes tampak mulai bersilih. Di tengah badai cedera yang melanda tim utama, Thomas Tuchel dan kini Mauricio Pochettino dipaksa berpaling ke pemain muda.
Ada duo gelandang, Kays Ruiz-Atil (18) membarengi Bandiougou Fadiga (19), yang masuk skuad senior PSG di mendekati setiap pertandingan. Sementara striker Arnaud Kalimuendo (18) bersinar terdalam peminjamannya di Lens setelah menjalani debutnya bagi PSG.
Eks wonderkid Barcelona Xavi Simons (17) juga terlihat berada dalam skuad senior terdalam pekan-pekan perdana Pochettino melatih. Begitu pula atas Edouard Michut (17) dan El Chadaille Bitshiabu (15).
Namun, sang bintang paling jelas melalui deretan jebolan akademi PSG ini adalah postur bek berusia 18 tahun: Timothee Pembele.
Meski mesti menunggu lebih lama kepada melakoni debutnya ketimbang pemain muda lain yang telah disebut dekat atas, Pembele tak butuh batas membesar lama kepada membuktikan diri layak diandalkan dekat berbagai kondisi dekat lini belakang.
Awalnya memang tak meyakinkan. Baru sepuluh menit berjalan jauh didalam debutnya melawan Bordeaux pada November lalu, Pembele membelokkan sebuah sepak pojok lawan maka bola bersarang ke gawang sendiri.
Seorang pemain nan berkarakter benyai bakal sulit bangkit sesudah momen buruk bagaikan ini. Namun, Pebelele langsung melupakan gol bunuh dirinya itu. Hingga awal tahun 2021, ia sudah sanggup mencatatkan enam penampilan senior bersama Les Parisiens.
Keberadaan Presenel Kimpembe jelas membantunya demi beradaptasi dempet lini belakang PSG. Kimpembe sendiri ialah satu ketimbang secercah jebolan akademi PSG bahwa mampu menembus tim senior bersama ia bisa dijadikan teladan demi Pembele. Terlebih, keduanya tumbuh gendut dempet daerah bahwa sama, dempet sebuah desa dempet utara Prancis bernama Beaumont-sur-Oise.
"Saya gemar Kimpembe karena kami berasal dari daerah yang sama. Kami agak lahir di rumah nyeri yang sebandingdan tumbuh hebat di bumi sosial yang sama. Dia adalah orang yang sangat tidak emosi. Setiap ada pemain muda yang promosi ke tim utama, dia menyambutnya layaknya seorang adik," kata Pembele.
Memulai karier sepakbolanya bersama klub lokal, AS Persan 03, Pembele lalu pindah ke akademi PSG dempet usia 13 tahun beserta berjumpa lewat remaja berbakat lain laksana Nianzou, Aouchiche, beserta Kalimuendo.
"Dia adalah bocah yang langsung paham bagaimana caranya bersikap baik, bekerja keras, mau mendengarkan, maka bermain kolektif," kata pelatih Pembele di PSG U-15, Said Aigoun, kepada Goal. Algoun lagi menjulukinya demi silent leader alias sosok pemimpin yang tak senang bicara.
"Melihat potensinya, kami telah memproyeksikan dia kepada dalam bek tengah," tambahnya. "Tapi saya juga melangsungkannya bermain ke kanan atau ke kiri. Kami sadar, dia juga punya potensi hebat kepada dalam bek kanan di level terkeras. Kami ingin mengantisipasi semua hal itu."
Di kedudukan bek kanan itulah Pembele lebih sering bermain selama dua musim memperkuat PSG U-19. Ketika Tuchel masih bertugas, Pembele dikedudukankan sebagai bek sentral maupun bek kanan.
Laga terakhir PSG dipimpin Tuchel pada malam Natal lampau ditandai bersama gol perdana Pembele akan PSG. Sang remaja bereaksi segera antara dekap gawang akan menyambut bola muntah tembakan Angel Di Maria. "Hadiah Natal nan indah akan orang tua saya," kainterogasi selepas laga.
Dia kembali dikeadaankan demi bek kanan ketika diturunkan dari bangku cadangan melawan Saint-Etienne, bahwa menandai laga debut Pochettino melatih PSG.
Masih harus dilihat seronggang mana peran akan kelak bagi didapat Pembele. Ia sendiri sudah berkomitmen secara klub demi menanberkunjungani kontrak hangat berdurasi sampai-sampai 2024.
"Dia adalah cela satu akan tertidak emosi akan generasinya," Aigoun menambahkan. “Ketika seorang anak muda promosi ke level profesional, terutama akan PSG, itu adalah sebuah lompatan agam."
"Tim harus mampu melangsungkannya terus berkembang di dalam pertandingan lagi latihan. Dia mungkin harus mengembangkan kualitas berkukuhnya, khasnya di dalam duel udara, tetapi dia berada di jalur nan benar. Sebuah kebanggaan bisa melihat langsung pemain laksana dia mewujudkan mimpinya."
Selama satu dekade terakhir, belaka Kimpembe dan Adrien Rabiot akan cocok-cocok mampu melangsungkan lompatan agung itu dan memantapkan batang tubuh dekat tim utama PSG selesai lulus atas akademi.
Dalam pribadi Pembele dan pemain muda lain, terkandung sebuah harapan. Sebuah tim yang dikenal jor-joran belanja pemain bintang atas luar negeri, mungkin sekarang mau mulai melirik ke kedalam dan mencari superstar baru atas akademi mereka.